![]() |
Lokasi Tambal Ban oleh Pak Markuat, berhimpitan dengan Pos sejak Ramadan hari ke-10, selalu tutup. Pos itu yang awalnya tempat kumpul becak menunggu penumpang. |
TAMBAL BAN di sisi Barat Jembatan Medokan Asri-Medokan Ayu, biasanya hanya pada hari jumat tutup. Tapi sejak Ramadan hari ke-10, selalu tutup mulai Senin hingga Minggu, sampai kini.
Tentu ini merepotkan warga sekitar. Apalagi usaha nya berkualitas. Pada setiap hasil tambal bannya, diberikan Cap Bintang.
"Bila tambalan ban yang bercap bintang bocor lagi, tidak usah bayar", begitu jaminan sang pemilik usaha yang bernamakan "Markuat" sempat diutarakan beberapa waktu lalu.
Tutupnya usaha tambal yang bukan hanya hari Jumat itu, membuahkan pertanyaan sejumlah warga Medokan Ayu yang membutuhkan.
Di antaranya mengabari IMA-InfoMedokanAyu, yang selanjutnya mengetahui ternyata pemilik usaha diserang stroke.
Kondisi penderita pada Rabu, 26 Maret sudah membaik, dan di arsip berita tersimpan dengan judul,"Kondisi Markuat Kian Membaik, Setelah Serangan Stroke Ramadan ke-9 di Lokasi Kerja Tambal Ban Dekat Rumah Pompa Medokan Asri"
HERAN DAN PRIHATIN
Priono Subardan dari InfoMedokanAyu kaget mendengar sosok Markuat, pendiam, dan tak pernah mendengar marah mengalami stroke.
Priono Subardan dari InfoMedokanAyu kaget mendengar sosok Markuat, pendiam, dan tak pernah mendengar marah mengalami stroke.
Dua hari sebelum stroke, diketahui dia mendapati masalah. Ada kerusakan pada gerobak becaknya.
Lalu diperbaikinya dengan membeli spare part di Rungkut. Di siang hari yang panas, dan kondisi puasa itu, dua kali mengayuh sepeda ke Rungkut.
Esoknya, masalah lain menghampiri. Mesin kompresor nya, macet. Mesin normal lagi setelah masuk bengkel.
Hari berikutnya usaha mulai normal. Namun, disisi lain masalah lagi menghampiri. Yakni Stroke.
BERSABAR
Bapak yang putra putrinya dikarunia bea siswa ini ketika didesak oleh sang istri, tentang pikiran yang membebaninya, mengatakan tidak ada.
Sang istri sempat mengingatkan ketika melihat suaminya resah atas masalah pekerjaannya yang terganggu, dan tak bisa "praktik" hari itu.
Sarannya, yang dikerjakan tidak usah memaksa. Keempat putra-putrinya juga mengerti semua. Itu sebuah hadiah dariNYA yang harus dipahami.
Penderita yang tekun beribadah ini dikarunia 4 anak. Si Sulung laki-laki yang senantiasa berhadiahkan beasiswa dariNYA, sebagai guru dan sudah berkeluarga
Putra kedua laki-laki sudah bekerja. Adiknya, anak ke-3 Perempuan, mahasiswi UIN Surabaya juga pemegang beasiswa.
Si bungsu, Dewi panggilannya. Kini kelas 5 di MIN. Ini sosok putri paling ramah dan dekat dengan sang ayah, juga calon atlet voli.
Guru olahraganya melihat Dewi sosok berbakat, lalu mengikutikannya dan turut membiayai Dewi masuk komunitas atlet, yakni bergabung dengan salah satu klub voli ternama di Surabaya.
Pak Kuat, panggilannya, mengakui bahwa sekolah anak-anaknya yang bisa sampai menuntaskan kuliah, diterimanya sebagai hadiah atas kasihNYA.
"Namun, kebutuhan ekonomi itu itu pengeluaran rutin dan pasti. Kalau pekerjaan kita mandeg," penghasilan juga mandeg. Ini yang selalu ada dipikiran saya", katanya.
"Makanya, kita harus bersabar pak. Harus menerima apapun pemberiannya. Anak-anak wis gede-gede juga podo ngerti, itu hadiah yang harus kita syukuri", kata sang istri yang turut menemani berbincang.
Seringkali, kondisi kini keempat putra-putrinya berkumpul di kamar bapak berbincang, dan ada yang sambil ngelus-ngelus bapaknya. "Bathin saya senang melihat anak-anak yang mengerti orang tuanya", kata Marpuah, panggilan istri Pak Kuat.
(Priono Subardan)