Selasa, 07 Januari 2025

Awali 2025, Kelurahan Medokan Ayu Bahas Banjir dan Normalisasi Sungai Curah Tambak Medokan Ayu

 

KELURAHAN MEDOKAN AYU mengawali 2025 pertemuan bersama warga. Banjir di beberapa kawasan, menjadi bahasan di pendopo kelurahan Selasa, 7 Januari 2025, mulai pk.15 sore hari.

Pertemuan itu agenda utamanya, koordinasi terkait Rencana Normalisasi Sungai Curah Jl. Tambak Medokan Ayu menuju ke laut. 

 

Dari kiri. Lurah Medokan Ayu Zainul Abidin, Wakil Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Wahyudi, Ketua LPMK Medokan Ayu Nanang Andi Hasyim, Babinsa Medokan Ayu Serda Hendro Fridiyanto, Bhabinkamtibmas Aipda Sofian Maulana, SH., dan Wakil Dinas Lingkungan Hidup Dharma, kebetulan juga warga Medokan Ayu.


Rembug warga ini Lurah Medokan Ayu didampingi Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) diwakili Wahyudi, Ketua LPMK Medokan Ayu Nanang Andi Hasyim, Dinas Lingkungan Hidup diwakili Dharma, kebetulan juga warga Medokan Ayu.

Selain itu, Babinsa Medokan Ayu Serda Hendro Fridiyanto dan Bhabinkamtibmas Aipda Sofian Maulana, SH., juga turut mendampingi pertemuan yang bernuansa silahtuhami itu. 

Sementara Babinsa Medokan Ayu Serda Ahmad Qudri, menyatu dengan hadirin. 

Sungai Curah dimaksud, sebagai saluran yang dibuat oleh para pemilik tambak, yang mulanya untuk mengairi tambak. Dengan demikian, persil merupakan milik petani tambak.

Lokasi Sungai curah yang menjadi bahasan itu berada di wilayah RW02 Medokan Ayu, yang terletak di kawasan Timur, Tambak Medokan Ayu.

Di kawasan ujung paling Timur itu, perkembangan pemukimannya berlangsung cepat. Kawasan yang sementara ini masuk RT12, kini telah memiliki 20 gang.

Resiko banjir lain, kawasan di sisi Barat RT12, yakni RT11, RT08, dan RT07. 

Kawasan-kawasan itu belum memiliki saluran air yang menuju ke laut. 

Dalam pelaksanaannya, kelurahan membutuhkan lembar tertulis Pernyataan Persetujuan dari Petambak, terkait normalisasi sungai curah.

Abdul Rasyid, seorang tokoh, sekaligus mewakili ketua RW02, memperjuangkan dan menyakinkan kelurahan, bahwa tindakan normaliasi sungai curah bisa dilakukan. Dipastikan petambak tidak akan keberatan. Apalagi untuk kepentingan umum.

Hal itu bertolak dari pengalaman silam. Abdul Rasyid sosok lama yang mengenal para petambak. Juga turut memperjuangkan pembangunan Medokan Ayu kala Surabaya di era kepemimpinan walikota Tri Rismaharini. 

Malah, seorang di antara petambak yang hadir menyakinkan dirinya tidak keberatan nomalisasi sungai curah "memakan" persilnya. "Saya setuju", katanya.

Tetapi, demi hukum dan tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari, Lurah Medokan Ayu memohon pengertian semua pihak. 

Dengan adanya Lembar Persetujuan Petambak,  Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga dan Dinas Lingkungan Hidup, lebih tenang dalam menjalankan tugasnya.

Dalam kaitan ini, untuk normalisasi sungai curah akan dilakukan pertemuan sekali lagi, sekaligus penandatanganan surat persetujuan oleh semua petambak.

MENCIUT
Dalam pertemuan itu, bahasan normalisasi saluran berkembang ke wilayah lain. Yakni Sungai Curah Sentong yang menuju sungai Avoer Medokan Ayu.

Warga memohon Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga melakukan normalisasi hingga ke jembatan yang memotong jalan Tambak Medokan Ayu.

Wakil dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga menjelaskan kawasan itu belum lama dikeruk. Tapi alat keruknya tidak bisa maju lagi. Sungai kian menciut.

Lurah Medokan Ayu pun memperjelas uraian tersebut dengan memunculkan foto sungai yang menciut itu. Hadirin pun pada tertawa, melihat saluran yang kian sempit dan "mepet" dengan bangunan.

Tak terkecuali Abdul Rasyid, yang pernah duduk di LPMK di era Walikota Tri Rismaharani, ikut tertawa. "Saya baru melihat ini. Dulu jauh lebih lebar", katanya sambil tertawa.
 
Dalam kaitan ini, pertemuan sekali lagi perlu dilalui. 

Diingatkan pula, normalisasi sungai curah Tambak Medokan Ayu, sangat diperlukan mengingat beban sungai Avoer Medokan Ayu sudah tidak menampung tumpahan air tambahan. Kini pun sudah sering meluber ke jalanan.

Disisi lain normalisasi sungai Avoer Medokan Ayu tidak bisa optimal. Bangunan sudah "mepet" bibir sungai. Dikeruk lebih mendalam, beresiko akan meruntuhkan bangunan.

Pada pertemuan itu, juga ditemukan di sejumlah titik ada saluran yang hilang. Juga terdapat saluran tidak menyambung yang selayaknya. "Saluran itu putus nyambung, putus nyambung. Ini terkait dengan lokasi yang belum berpenghuni", kata Lurah Medokan Ayu, yang juga memohon kerjasama warga, terkait mengatasi banjir, meski bersifat sementara.   
 


(uji siswanto/ prionon subardan)