WEBLOG KOMUNITAS ini berpegang pada penulisan yang benar adalah Tahlil Kubro.
Hal ini juga merujuk pada artikel artikel NU Online, dengan penekanan pada huruf "u" pada "Kubro", bukan "Qubro".
Kata "Kubro" merupakan serapan dari bahasa Arab al-Kubra, yang berarti "besar" atau "terbesar", mengacu pada acara pembacaan tahlil yang dilakukan secara massal dan besar-besaran.
Berikut adalah penjelasan mengapa penulisan "Kubro" lebih tepat:
Asal Kata: Kata "Kubro" berasal dari kata al-Kubra dalam bahasa Arab.
Makna : Kata tersebut bermakna "besar" atau "agung".
Konteks: "Tahlil Kubro" merujuk pada tradisi pembacaan tahlil yang dilakukan dalam skala besar dan serempak.
PENGERTIAN TAHLIL KUBRO
Tahlil Kubro (atau "Tahlil Akbar") adalah sebuah tradisi keagamaan Islam yang umumnya dilaksanakan secara massal atau berjamaah dalam skala besar, khususnya di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU) dan komunitas Muslim Indonesia pada umumnya.
Acara ini biasanya melibatkan pembacaan tahlil, doa, zikir, serta surat-surat pendek dari Al-Qur'an (seperti Surah Yasin).
Tujuan utama mendoakan orang yang telah meninggal, memperingati peristiwa penting, atau memohon keselamatan bersama.
Ciri-ciri Tahlil Kubro:
1. Skala Besar dan Massal
· Dilaksanakan dengan melibatkan banyak peserta, baik dari kalangan ulama, santri, maupun masyarakat umum.
· Sering diadakan di masjid, lapangan, atau tempat umum yang dapat menampung ribuan orang.
2. Tujuan Spiritual dan Sosial
· Mendoakan arwah umat Muslim yang telah meninggal, terutama ulama, tokoh masyarakat, atau korban bencana.
· Mempererat ukhuwah islamiyah dan solidaritas sesama muslim.
· Sarana dakwah dan penguatan iman melalui ceramah agama.
3. Aktivitas Inti
· Pembacaan tahlil (kalimat "Lā ilāha illallāh") berulang kali, biasanya dalam hitungan ribuan.
· Pembacaan Surah Yasin, Surah Al-Fatihah, Surah Al-Ikhlas, dan doa-doa lainnya.
· Ceramah agama (tausiyah) oleh ulama atau kiai.
4. Konteks Pelaksanaan
· Sering diadakan pada malam Jumat, peringatan haul (ulang tahun kematian) tokoh, atau dalam rangka menyambut bulan-bulan Islam tertentu (seperti Sya'ban).
· Kadang juga dilaksanakan sebagai respons atas peristiwa tertentu, seperti bencana alam atau wabah penyakit.
Sumber : NU Online, dan beberapa sumber lain.
