![]() |
| Seorang mahasiswi memperagakan cara menggunakan alat pemadam ringan sekaligus memadamkan api. |
SIAPAPUN berharap musibah kebakaran tidak pernah terjadi, tetapi jika sebaliknya warga telah memiliki "senjata" berupa pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapinya.
Itu yang melatarbelakangi sekitar 25 orang Ibu-ibu dari RT03 RW02 Medokan Kampung - Medokan Ayu turut mengikuti sosialisasi "Pencegahan Kebakaran' oleh mahasiswa-mahasiswi Universitas Airlangga di pelataran Musala Al-Mujizat, Jumat, 31 Oktober 2025.
Hikmah terbesarnya dari mengikuti acara ini adalah transformasi dari menjadi korban yang pasif menjadi pahlawan keselamatan yang aktif, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Maka , mengikuti sosialisasi atau simulasi kebakaran hal yang perlu. Ilmu yang didapat bisa menjadi penyelamat nyawa di saat yang paling kritis.
Sebagaimana pernah terjadi di lingkungan RT03 RW02 Medokan Kampung ini, pada Juli silam. Berlangsung 2 kali Kebakaran.
Kasus kebakaran terjadi pada Selasa 29 Juli, dapat dibaca pula pada judul ini "13 Unit Mobil PMK Padamkan Kebakaran di RT03 RW02 Siang Tadi, Jelang Maghrib Berjarak 100M Ada Kebakaran Lagi".
Apalagi berdasarkan catatan, respon cepat dari Mobil Pemadam Kebakaran (Mobil Damkar), di kawasan itu juga tidak berjalan sebagaimana seharusnya.
Yang mempengaruhi respon cepat akses jalan sempit. Hanya cukup satu mobil dan tidak bisa papasan.
Mengganggu pula dalam layanan mobil Damkar, yang membawa air berat terhalang oleh banyaknya Speed bump yang harus dilalui untuk mencapai lokasi.
Speed bump adalah gundukan yang dipasang melintang di jalan untuk memperlambat laju kendaraan.
Speed bump istilah lain dalam bahasa Indonesia gejligan, gujlagan, atau gundukan.
Dari kegiatan sosialisasi yang berlangsung pada 09.00-11.00 WIB itu, banyak yang bisa diraih. Antara lain sebagai berikut :
Dengan mengetahui penyebabnya, siapapun menjadi lebih waspada dan bisa mengambil langkah pencegahan kebakaran.
Dari sosialisasi juga bisa memetik nilai inspeksi mandiri. Yakni meraih ilmu pentingnya melakukan pemeriksaan sederhana di rumah, seperti memeriksa instalasi listrik, memastikan kompor dalam keadaan mati, dan tidak menumpuk barang yang mudah terbakar.
Juga bisa belajar cara mempraktikkan Pemadaman Api Ringan (PAR) menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau karung basah.
Disamping itu, juga diperoleh pengetahuan saatnya harus memadamkan api dan saatnya harus menyelamatkan diri.
Sosialisasi mengajarkan cara evakuasi yang benar, seperti merangkak di bawah asap, memeriksa pintu apakah panas sebelum dibuka, dan menentukan titik kumpul (assembly point).
Satu keputusan tepat yang diambil dalam hitungan detik dapat mencegah kerugian materi yang sangat besar.
Dengan bekal pengetahuan ini, bisa membantu tetangga atau orang di sekitar jika terjadi kebakaran, minimal dengan memberi peringatan atau menunjuk arah evakuasi yang aman.
Ketika masyarakat sudah paham cara evakuasi dan tidak panik, kerja petugas menjadi lebih fokus dan efektif. Mereka tidak perlu lagi mengatur warga yang panik, tetapi bisa langsung memusatkan usaha untuk memadamkan api.
Diharapkan Ketika semakin banyak warga yang mengikuti sosialisasi, terciptalah "komunitas yang sadar kebakaran".
Lingkungan seperti ini akan lebih aman. Antar warga saling mengingatkan dan bekerja sama dalam pencegahan kebakaran.
(InfoMedokanAyu)



