Minggu, 22 Desember 2024

200 Anggota Jasnu Surabaya, 25 orang dari Medokan Ayu Ziarah Wali Limo "Plus", Minggu

Persiapan berangkat dari sekretariat seputar pasar Soponyono, Rungkut sekitar pukul 06.00 WIB Minggu.

DENGAN menggunakan lima (5) bis, sebanyak 200 Anggota Jam'iyah (kumpulan) Sholawat Nariyah Nahdlatul Ulama (JASNU) Kota Surabaya, 25 orang di antaranya dari Medokan Ayu ziarah Wali Limo Plus, Minggu, 22 Desember. 

Wisata religius ini berangkat sekitar pukul 07.00 WIB dan telah kembali, tiba di Rungkut pukul 23.50 WIB.

InfoMedokanAyu menuliskan sebagai ziarah Wali Limo Plus, mengingat "warna" ziarah bukan sebagaimana umumnya.

Ziarah ini kali juga bertatap muka langsung dengan Prof. Dr. (H.C). K.H. Abdul Ghofur, yang lahir 12 Februari 1949 di Paciran, Lamongan. 

Beliau Pimpinan Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan sekaligus sebagai Mustasyar PWNU Jatim. Juga, keturunan ke-14 dari Kanjeng Sunan Drajat. 

Pondok pesantren (Ponpes) yang diasuhnya merupakan satu-satunya pesantren peninggalan Wali Songo yang masih ada. 

Saat ini menjadi salah satu pesantren dengan jumlah santri terbanyak di Indonesia .

Ponpes itu juga mandiri dan gratis. Ini bertolak dari sosoknya sang pengasuh, yang juga pengusaha.

Di antara usaha yang ditangani, adalah penambangan kapur, penggalangan kapal laut, usaha pengrajin kayu, industri pupuk, peternakan sapi, usaha bordir & konveksi kain. 

Juga ada usaha produksi air mineral “Aidrat”, produksi jus “Mengkudu Sunan”, perkebunan mengkudu, pembudidayaan ikan lele, pembuatan madu asma “Tawon Bunga”.

Selain itu, bergerak pula pada pembuatan minyak kayu putih, garam “Samudera”, radio Persada FM 97.2 MHz, channel Persada TV, dan usaha-usaha lainnya.

Prof. Dr. (H.C). K.H. Abdul Ghofur

Lebih detil tentang K.H. Abdul Ghofur, silahkan di klik DISINI

HUJAN LEBAT 
Namun, rencana ziarah ke wali limo ini terdapat perubahan di perjalanan. Ini mengingat, hujan lebat terjadi ketika ziarah ke Makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoro Qondi.

Makam itu di Dusun Gesikharjo, Desa Gesik, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.

Syekh Asmoroqondi, tidak lain sebagai Bapak dan Kakeknya Tiga Wali Songo. Yakni bapak dari Sunan Ampel, juga kakek dari Sunan Bonang dan Drajat.

Di makam Syekh kelahiran Samarkand (Uzbekistan), Asia Tengah itu, para jamaah sebagian pakaian yang dikenakan basah kehujanan dan waktu sudah larut. 

Karena itu, lalu diputuskan, setelah ziarah ke makam Syekh Msulana Ishaq, rombongan balik Surabaya, dan tiba di tempat pemberangkatan pada 11.50 WIB. 

Selengkapnya ziarah dalam foto dan video, sebagai berikut.

Persiapan berangkat 


Melafalkan tahlil diperjalanan

Tiba di kawasan Sunan Drajat, salah satu sunan dari sembilan sunan Wali Songo. 

Nama kecilnya adalah Raden Hasyim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. 

Sunan Drajat adalah putra dari Sunan Ampel yang terkenal karena kecerdasannya, dan ia merupakan saudara dari Sunan Bonang.
 
Bis rombongan masuk kawasan Sunan Drajat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. 
 
Disini ziarah diawali bersilahturahmi dengan dengan Prof. Dr. (H.C). K.H. Abdul Ghofur.





Mahalul Qiyam di masjid yang didirikan Sunan Drajat. Tidak semua tamu dipersilahkan masuk masjid ini. Yang pernah masuk antara lain Presiden Soekarno, Soeharto, Gus Dur dan Joko Widodo.

Di Makam Sunan Drajat 

Di Makam Sunan Drajat 

Gerimis dan makan siang di rumah makan Taman Sari, jalan Surabaya-Tuban

Makan siang

Masuk area makam Sunan Bonang


Makam Sunan Bonang

Makam Sunan Bonang, Tuban
Sholat Dhuhur di Masjid Jamik, selanjutnya ke makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoro Qondi.

Dari parkiran kawasan masjid Jamik/ Sunan Bonang, naik becak ke makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoro Qondi. 
Sesampai kawasan makam Syekh Maulana Ibrahim Asmoro Qondi hujan lebat. Istirahat sejenak




Naik bis lagi, pukul 19.17 lanjut menuju makam Syekh Maulana Ishaq

Makam Syekh Maulana Ishaq

Tahlil dan bersholawat Nariyah di makam Syekh Maulana Ishaq

Usai dari makam Makam Syekh Maulana Ishaq. Dari sini diputuskan berlanjut balik ke Surabaya.

Mendekati pukul 24.00 rombongan tiba di Surabaya

(didik tri winarno, priono subardan)