Minggu, 17 November 2024

Bulan Wayang, Nonton Pagelaran Ki Anom Dwijo Kangko di RW03 Medokan Ayu

Memukau sabetan Ki Anom Dwijo Kangko di RW03 Medokan Ayu 

PAGELARAN wayang kulit oleh dalang Ki Anom Dwijo Kangko di RW03, ternyata bukan hanya untuk Medokan Ayu. Kalangan muda dari kawasan lain juga mengikuti, hingga gunungan menancap gedebok (batang pohon pisang) di tengah kelir (simbol langit), tanda acara berakhir, menjelang subuh.


Hal itu terlihat pada pagelaran wayang kulit Sabtu malam di RW03 Medokan Ayu, yang mengusung lakon "Wahyu Ketetreman".

Pagelaran itu persembangan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, untuk warga Medokan Ayu yang dilewatkan Anggora DPRD Jatim, yang juga warga Medokan Ayu.

Disana juga kediaman dan kelahiran Sekjen DPP Partai Golkar Muhammad Sarmuji, S.E., M.Si, sekaligus putra Medokan Ayu.

Persiapan Pagelaran ini, dapat dilihat pula pada pemberitaan 15 Nopember "Sabet dan Koprolan Berulang, Cuatkan Ki Anom Dwijo Kangko, Dalang Berpagelaran Sabtu Malam di RW03"

Sementara itu, hadirnya komunitas muda penyuka wayang kulit ini, terbaca dari getstur mereka yang hadir hingga acara berakhir.

Di antaranya Galih. Sosok berkulit kuning dan berambut keriting ini, datang dari kawasan Kutisari. Ia mahasiswa Universitas Petra Fakultas Arsitektur. Tahun ini barusan merampungkan kesarjanaannya.

Dia terlihat datang ke pagelaran ini dengan temannya bertiga. Bukan teman kuliah. Juga bukan sahabat bermain di lingkungannya. Hanya teman yang kenal dari nonton wayang.

"Kami sering bertemu kala nonton wayang. Lalu kenalan dan terus bersambung hingga kini. Seperti hari ini kita telpon an, dan ketemuan di lokasi sini", katanya, seraya menambahkan temannya dari Nginden dan Semolowaru.

Galih dan temannya itu mengatakan, mereka hadir di pagelaran wayang kulit oleh Ki Anom Dwijo Kangko ini kali yang kedua.

"Sabetan dalang Ki Anom Dwijo ini menganngenkan", ungkap Galih, dengan mengacungkan  jempol tangan kanannya.

Yang lain, Budi namanya. Mereka berdua datang dari Kediri, dengan temannya berboncengan motor. "Mainnya Ki Anom ini menurut saya paling bagus dan dalang paling laris tahun ini", katanya.

MENGGEBIRAKAN
Bagi kalangan muda, hal yang menggembirakan pula dari pewayahan, kini dunia mengakuinya.

UNESCO kini telah mengakui. Wayang sebagai salah satu seni tradisional tertua dari Indonesia. 

Selain itu, UNESCO juga mencatat, kesenian wayang sudah berkembang di kerajaan-kerajaan di Jawa dan Bali sejak sekitar 10 abad yang lalu, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara,

"Situs Indonesia.go.id menjelaskan itu semua. Juga tentang tanggal 7 yang telah ditetapkan sebagai Hari Wayang Nasional", Galih menceritakan.

Disana kemarin juga melihat anak usia SMP, datang dari Surabaya Utara, bersama ayahnya. "Ayah ada di belakang", katanya dan dia sendiri berada di depan, berjarak sekitar 2M di sisi utara para Sinden.

Penyuka muda wayang kulit ini, umumnya merangsek di tempat terdepan. Disitu ada ruang, selalu diduseli.

Sebagaimana pula PrionoSubardan, dari InfoMedokanAyu. Setelah disarankan temannya Didik Tri Winarno, dari InfoMedokanAyu, merangsek pula pada posisi terdepan.
 
"Kalau lihat wayang, jangan posisi belakang. Beda dengan nonton bioskop", saran Didik Tri Winarno kepada Priono, yang ini kali sebagai yang pertama nonton wayang.

Priono pun hingga akhir acara di menjelang subuh, tetap di posisi depan.

Ketika acara berlangsung hingga usai pun, eman meninggalkan lokasi mengambil kopi, meski memiliki seombyok kupon kopi gratis.  

Kalangan muda penyuka wayang pun menolak ketika ditawari kupon kopi gratis. "Mas ini ada kupon kopi banyak. Silahkan pakai. Ini banyak. Bila diambil bisa tiga tremos kopi", kata Priono kepada kalangan muda.

Kalangan muda malah tertawa, dan menyahuti. "Beli kopi yang dijajakan keliling ini aja, seperti yang bapak beli. Saya juga eman meninggalkannnya", sahut mereka.

HUJAN TAK MENGUSIR PENONTON
Malam itu turun gerimis tiga kali. Terakhir menjelang memasuki "goro-goro" sesi kedua.

Sekitar pukul 01.11 Ki Anom hendak memulai adegan "goro-goro" terakhir itu, sempat kaget ketika menoleh lihat para hadirin.

"Ternyata penontonnya masih penuh", ungkapnya lalu memulai "goro-goro"nya.

Kondisi penonton demikian, tentu menyemangati dalang, sekaligus bukti. Medokan Ayu begitu antusias atas pagelaran ini.

Panitia pun memanjakan  hadirin. Tenda hadirin telah siap sejak memasuki pintu gerbang Wonoayu sisi Utara hingga lokasi acara. Panitia pun membagikan kupon makan minum gratis. 

Acara Selingan gegojegan  antara Gareng Semarang dan Sinden Manohara, di malam itu juga begitu hidup. Suara bersama gerrrr juga senantisa mewarnai pada setiap tampilannya.

TOILET BALAI RW
Usai acara lawak, komunitas muda juga banyak yang mengikuti Priono. Pergi ke Toilet Balai RW03. Buang air kecil.

Hanya dalang dan Sinden yang mampu bertahan, tidak ke toilet. "Saya lihat wayang dimanapun, juga tidak melihat pak Dalang atau Sinden ke Toilet saat acara berlangsung pak", kata Dicky asal Kediri.

Hadirin berdatangan

Dimulai

Memasuki Gerbang Wonoayu bazar langsung menyambut tamu

Ngopi jahe

Ngopi bareng

Ketua RW01 Supangin dan ibu

Hadirin disamping kelir atau di belakang sinden

Ketua RW03 Muhammad Khusen dan Tim Pengamanan

Sinden

Gegojegan. Gareng Semarang dan Sinden Manohara


(InfoMedokanAyu)